Cerita Rakyat Sendang Logantung

Cerita Rakyat Sendang Logantung terletak di Dusun Logantung, Desa Sumberejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan cerita lisan yang hidup di masyarakat secara turun temurun. Cerita Rakyat Sendang Logantung dipercayai oleh masyarakat Dusun Logantung berkembang dari mulut ke mulut dan diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Cerita Rakyat Sendang Logantung merupakan peninggalan pada zaman Mataram. 
Pada masa pemerintahan Sultan Agung (Mataram) ada salah satu tokoh tersohor, tokoh tersebut bernama Kyai Panjang Mas. Kyai Panjang Mas adalah seorang tokoh yang terkenal dalam bidang pedalangan, beliau sangat senang dengan kesenian, kesenian tersebut adalah wayang. Beliau memperkenalkan kesenian wayang dari satu desa ke desa yang lain tanpa mengenal lelah. Selain menguasai bidang pedalangan Kyai Panjang Mas juga terkenal dengan sebutan pengembara, mengapa dikatakan pengembara? Karena Kyai Panjang Mas memperkenalkan kesenian wayang dengan cara mengembara dari desa satu ke desa yang lain.
Pada suatu ketika di dalam pengembaraannya menyebarkan kesenian wayang, Kyai Panjang Mas tersesat di hutan belantara yang tak berpenghuni. Setelah berjalan berhari-hari untuk mencari jalan keluar dari hutan tersebut namun Kyai Panjang Mas tetap tidak mememukan jalan untuk keluar. Akhirnya beliau memutuskan beristirahat, karena merasa kelelahan bahkan rasa hausnya sudah tak tertahan lagi, pada saat itu pula dengan segenap kekuatan yang dimilikinya Kyai Panjang Mas berusaha membuat mata air kecil dengan tujuan agar Kyai Panjang Mas dapat meminum airnya untuk menghilangkan rasa dahaga.
 Saat membuat mata air tersebut Kyai Panjang Mas melakukan pertapaan yang sampai saat sekarang ini juga disebut dengan semedi. Semedi tersebut dilakukan oleh beliau dengan waktu yang cukup lama dan pada akhirnya  tepat di hadapan Kyai Panjang Mas bersemedi keluarlah pancuran mata air dari lubang yang kecil. Tidak lama kemudian Kyai Panjang Mas langsung meminum air yang keluar dari lubang yang telah dibuatnya tersebut. Suatu hari Kyai Panjang Mas berburu di sekitar hutan tersebut untuk mencari binatang yang bisa beliau makan. Beberapa jam kemudian Kyai Panjang Mas melihat seekor binatang dari jarak yang cukup jauh. Lalu Kyai Panjang Mas dengan penuh semangat dan tanpa ada rasa takut sedikit pun, binatang tersebut mulai didekati. Setelah didekati ternyata binatang tersebut seekor kijang, tanpa segan Kyai Panjang Mas memanah kijang tersebut dan akhirnya panah Kyai Panjang Mas mengenai salah satu kaki binatang kijang itu, tetapi binatang tersebut belum mati dan binatang tersebut masih bisa berlari meskipun dengan kaki yang terpincang-pincang. Kyai Panjang Mas lalu mengejar kijang tersebut dan tak lama kemudian binatang itu masuk ke dalam lubang mata air yang dibuat Kyai Panjang Mas. 
Beberapa saat kemudian setelah masuk ke dalam lubang mata air tersebut kijang itu keluar dan langsung lari dengan kencang. Kyai Panjang Mas pun tidak mengejar kijang tersebut karena Kyai Panjang Mas terkejut dan heran melihat kijang yang telah beliau panah tepat di salah satu kakinya sekarang bisa berlari dengan kencang seakan-akan kijang tersebut tidak memiliki luka sedikit pun. Pada saat itu pula Kyai Panjang Mas mulai menyadari bahwa air yang keluar dari mata air yang telah beliau buat benar-benar air yang berkhasiat. Air tersebut bukan air biasa karena bisa menyembuhkan luka yang dialami oleh seekor kijang pada saat sebelumnya terkena panah Kyai Panjang Mas. Setelah melihat kejadian itu Kyai Panjang Mas memberi nama pada mata air tersebut dengan nama sendang Panguripan. Tak lama kemudian Kyai Panjang Mas meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan perjalanannya untuk menyebarkan kesenian wayang.
Waktu terus berlalu hingga hutan dimana Kyai Panjang Mas tersesat berubah menjadi sebuah perkampungan/pedukuhan. Dukuh tersebut dinamakan Dukuh Logantung. Dukuh Logantung merupakan dukuh yang penduduknya tidak terlalu banyak/padat. Mengapa dukuh tersebut bisa dinamakan Dukuh Logantung? Karena pada awal mulanya tumbuhlah pohon Lo yang terletak di sekitar Sendang Panguripan. Pada suatu hari tepat di pohon Lo tersebut terdapat seekor Belo (anak kuda) yang tergantung. Belo itu tergantung secara tiba-tiba, padahal setiap pagi hari banyak penduduk yang datang dan berlalu lalang di sekitar pohon tersebut. Penduduk setempat merasa heran dan bertanya-tanya kapan dan mengapa Belo tersebut bisa tergantung di pohon Lo yang ada di sekitar Sendang Panguripan. Sejak saat itu hingga sampai sekarang ini dukuh tersebut diberi nama Dukuh Logantung (Belo yang menggantung di pohon Lo).
Pada suatu ketika di tengah malam ada salah seorang warga dukuh yang mendapatkan mimpi. Warga tersebut bermimpi ditemui oleh seseorang yang tinggi besar berpakaian serba hitam dan di dalam mimpinya seseorang itu mengatakan daerah ataupun dukuh ini akan menjadi lautan apabila sumber mata air yang dibuat oleh Kyai Panjang Mas (Sendang Panguripan) tersebut tidak disumbat dengan sebuah kepala kerbau serta ijuk batang aren dan dalam mimpinya juga dikatakan, jika sumber mata air sudah mengecil setahun sekali khususnya pada hari Rabu Pahing selain pada Bulan Suro harus diadakan Rasulan (Sedekah Bumi) dan di dalam Rasulan tersebut wajib mementaskan Wayang Kulit.  
Mengetahui mimpi tersebut semua penduduk Dukuh Logantung segera memenuhi perintah yang ada di dalam mimpi salah seorang warga itu dan setelah diadakan Rasulan (Sedekah Bumi) sumber mata air itu bisa disumbat sehingga warga tidak merasa takut akan kejadian yang akan menimpa dukuhnya apabila tidak memenuhi perintahnya. Dan masyarakat pun bisa hidup dengan tenang dan damai.
Masyarakat Sendang Logantung sepakat mengganti nama Sendang Panguripan yang dibuat Kyai Panjang Mas menjadi Sendang Logantung, karena letak sendang tersebut di Dukuh Logantung. Sampai saat sekarang Sendang Logantung sangat dipercayai oleh masyarakat sekitar Dukuh Logantung maupun masyarakat luar Dukuh Logantung. Karena Sendang Logantung berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit, khususnya penyakit tulang dan bisa mewujudkan berbagai macam permohonan antara lain ialah ingin diterima sebagai pegawai negeri, lulus ujian, menjadi lurah, kenaikan pangkat, bahkan mendapatkan jodoh.  Sendang Logantung masih tetap ramai dikunjungi oleh pengunjung yang membutuhkan air Sendang Logantung tersebut. Akhirnya timbullah budaya Sadranan Besar yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Logantung, biasanya diadakan pada hari Rabu Pahing, dan pada hari Rabu malam Kamis Pon diadakan pertunjukan wayang.

Digital Clock


 

Design by Amanda @ Blogger Buster