Tradisi Masyarakat


Masyarakat Dusun Logantung pada khususnya dan Desa Sumberejo pada umumnya dalam kehidupan sehari-harinya masih diwarnai oleh berbagai macam tradisi yang berbeda-beda. Dalam mewujudkan hubungan anatara manusia, masyarakat dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesamanya, maupun manusia dengan alam sekitar masih diliputi oleh tadisi-tradisi. Masyarakat Dusun Logantung pada umumnya merupakan bagian dari masyarakat Jawa. Karena dalam keseharian mereka masih diwarnai berbagai macam tradisi religius dan non religius. Tradisi yang begitu kuat mengikat dan melekat dalam diri mereka semenjak mereka masih di dalam kandungan sampai mereka meninggal. Tradisi tersebut berupa Sepasaran, Selapanan, Khitanan, Perkawinan dan seterusnya. Sampai pada upacara kematian dan peringatannya seperti Mendhak Telung Dina (memperingati tiga hari), Mendhak Pitung Dina (tujuh hari), Patang Puluh Dina (empat puluh hari), Satus Dina (seratus hari), Nyewu Dina (seribu hari), dan seterusnya.
 Hal ini dapat dimengerti karena masyarakat di Dusun Logantung merupakan masyarakat agraris, yaitu sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani dimana masih mempengaruhi oleh kepercayaan asli berupa sistem religi Animisme, yang merupakan inti dari tradisi kebudayaan Jawa asli yang dijelmakan dalam bentuk penyembahan roh nenek moyang. Sistem religi Animisme dan Dinamisme ini telah mengakar dalam alam pikiran dan tradisi Suku Bangsa Jawa khususnya masyarakat di Dusun Logantung. Para petani biasanya selalu mengadakan upacara ritual, seperti Selamatan dan sesaji serta doa yang  dilakukan dalam rangka memulai usaha seperti halnya akan menanam padi, menanam palawija, dan lain-lain serta ketika akan panen. Mereka melakukan hal itu untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya. Di samping dilakukan Selamatan dengan doa secara Islam, juga dilakukan persembahan berupa makanan atau sesaji untuk roh-roh leluhur atau roh-roh lain yang dianggap dapat membantu untuk terkabulnya doa mereka. Orang Jawa khususnya masyarakat Dusun Logantung masih melakukan tradisi dan tindakan berdasarkan pada pandangan hidup atau filsafat hidup yang religius dan mistik seperti dalam menjalankan upacara dan peribadatan. Sikap hidup yang etis dan menjunjung tinggi moral atau derajat hidup. Pandangan hidup orang Jawa ini merupakan hasil gabungan antara alam pikiran Jawa Tradisional, kepercayaan Hindu dan ajaran Tasawuf dalam Islam. Mereka percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Rasul dan Nabi, tetapi mereka juga percaya akan adanya alam gaib/makhluk gaib dan kejadian aneh yang kadang muncul disekitarnya yang tidak bisa dijangkau oleh alam pikiran manusia, namun mereka semua tidak memuja penghuni alam gaib. Kepercayaan, Tradisi dan Adat Istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka masih merupakan hal yang paling utama di dalam kehidupan mereka, sehingga tidak mengherankan apabila ada hari-hari tertentu yang dianggap keramat oleh masyarakat desa pada umumnya yaitu seperti halnya malam Kamis Pon, masih sering dijumpai orang-orang melakukan Wiridan atau Tahlilan, Selamatan (Kenduren) dan penyediaan sesaji (sajen) di tempat-tempat keramat. Misalnya di Sendang Logantung, Sendang Logantung merupakan salah satu tempat yang sering di datangi para peziarah untuk ngalap berkah. Semua kegiatan tersebut dilakukan semata-mata agar mereka mendapatkan berkah, keselamatan, dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Hari Rabu malam Kamis Pon dianggap hari baik atau istimewa. Karena hari (malam) tersebut dipercayai merupakan malam yang penuh berkah.

Digital Clock


 

Design by Amanda @ Blogger Buster